Menghargai Perdamaian

Tulisan ini didasari oleh asumsi dan pendapat dari hanya beberapa orang saja.

------

Kala itu aku sedang merenungkan dosa dosa masa lalu, ya. meninggalkan tanpa berpamitan.

Aku merasa bertanggung jawab sepenuhnya atas dosa itu, sebuah dosa yang (harusnya) meninggalkan trauma (sedikit berlebihan sih) kepada seseorang. hingga pada akhirnya aku mendengar 2 kabar yang dulu rasanya biasa aja tapi sekarang membuat nafas tidak bisa bebas.

Sebenarnya hanya ingin meminta maaf (kalau bisa) dan cuma pingin ngobrol tanpa ada maksud lain.

Tapi memang semesta tidak merestui, aku tidak menyalahkan dia sama sekali. 

--------

Perencanaan pertemuan ini diceritakan kepada Ferdion, satu satunya tempat bercerita untuk menggali pendapat tentang pertemuan yang diinginkan. dia setuju, bahkan mendapati pemikirannya sejalan dengan yang akan aku jalani.

-------

Setelah batalnya rencana ini, kisah pertemuan (yang gak jadi) ini diceritakan kepada Sheva. disitu akhirnya mendapati perubahan pemikiran, mendapati sudut pandang baru, serta sesuatu yang tidak disadari sebelunya.

Aku mulai menceritakan apa yang kurasakan, mengharapkan seseorang mau mendengar cerita yang klasik ini dan beraharap mendapat kelegaan.

Sheva mampu memberikan sudut pandang yang membuka dan akhirnya mengubah pola pikir yang ku punya selama ini, kami mulai berdiskusi mengenai apa yang terjadi dan apa yang sekiranya dirasakan dia.

-------

Aku belajar tentang perdamaian. menjadi damai dengan masa lalu. Masa lalu yang pahit (harusnya sih manis wkwkwk) harus didamaikan, sehingga tidak terdapat sakit hati didalamnya. 

Perdamaian membutuhkan proses, damai membutuhkan pengobatan, menjadi damai membutuhkan recovery yang cukup

Nyatanya aku tidak menyadari itu, pikirku ya ketemu cuma ketemu kok, kira ku sudah selesai perasaan sedihnya.

-------

diingatkan dengan bahasan dengan Lili saat sharin malam itu di bangjo. aku sebenarnya mengulik banyak hal tentang bagaimana seorang perempuan bersedih, bagaimana tindakan yang membuat trauma, apa yang akan dilakukan saat trauma, bagaimana menghadapi trauma itu, bagaimana merelakan kesedihan, dan bagaimana aksi yang akan timbul setelahnya. terima kasih Lili untuk sharing saat itu

-------

masalahnya ternyata memang aku sebangsat itu sih, aku sadar dan gabisa ngapa ngapain. Ego ku cuma satu: ketemu, kalau sempat ya minta maaf, kalau gasempat ya gapapa. yang penting gak menutup pintu pertemanan.

Aku merasa bertanggung jawab atas status hubungannya dia (ini berkaitan dengan screenshot yang dikirim cilpek ke aku) memang ini membuat kechaosan di otakku tapi sheva melarangnya)

-------

Aku dengan kebutuhan minta maafku, dia dengan kebutuhan untuk perdamaiannya (mungkin sih karena ini kesimpulan ngobrol bareng sheva) sepertinya gaakan mungkin untuk dipertemukan dalam waktu dekat. 

ditambah lagi aku pingin meminta maaf karena aku tau satu fakta yang seharusnya aku gatau (ya screenshotannya cilpek itu), jadi kayaknya gausa minta maaf atas status ya gapapa sih.

-------

hingga akhirnya aku belajar tentang menghargai. sesungguhnya mengharagai berarti membiarkan memilih apa yang terbaik dan apa yang paling bermafaat bagi kebaikannya dia. 

ya kalau memang bukan waktunya buat ketemu karena dia masih ada yang harus diselesaikan gapapa, karena harus menghargai. aku gamau ngerecall kisah dulu yang malah bikin sakit hatinya kumat. memang pilihan terbaik adalah meghargai dia untuk berdamai dulu

-------

demikian tulisan ini diberi judul "Menghargai Perdamaian"



Komentar

Postingan Populer